Tentu buku ini wajib di baca oleh kawan-kawan yang menggeluti politik di Jawa Timur, utamanya para aktivis Partai Golongan Karya. Tentu siapa saja yang bersentuhan politik ingat dengan tokoh ini. Moch Said adalah sosok tentara yang sangat piawai di dunia politik, hingga saat ini masih melegenda ditelinga para politikus. Saad adalah tokoh fenomenal polilitik, dari seorang tentara perpangkat Letnan Kolonel, namun memiliki karisma yang luar biasa. Andaikan dapat diibaratkan Jawa Timur adalah rumah, maka Moch Said adalah Stop kontak aliran listrik yang bisa menyalakan sekaligus memadamkannya. Tangan dinginnya mampu merangkul semua elemen kekuatan politik, bahkan para aktivis mahasiswa di Jatim sangat dekat dengannya.
Kendati kini telah tiada, namun uraikan pikiran dan nilai bijaknya patut untuk dijadikan tumpuan dalam menggerakkan dunia politik yang penuh dengan kesantunan. Golkar pernah berjaya dijamannya karena tangan dingin Moch Said, bahkan rumah kediamanya bagaikan pendopo politik, sampai akhirnya Tjuk K Sukiadi, memberikan julukan sebagai Sunan Progo (Karena rumah beliau di jalan Progo Surabaya).
....."Pernah menipu Bung Karno",...dalam buku ini, sebagaimana yang ditulis Dahlan Iskan, Pak Said pernah "menipu Bung Karno", cerita itu bermula ketika Bung Karno dan Rombongan Ratu Serikit dari Thailand harus mendarat darurat di Bandar Udara Morokrembangan, karena lapangan terbang di Denpasar yang akan didarati ada masalah, maka rombogan memutuskan mendarat darurat di Morokrembangan. Pak Said yang berkepentingan dengan keamanan Surabaya, mengambil inisiatif pengaman, dan bersama Gubenur Wijono mempersiapkan segelanya. Karena sifatnya darurat dan sangat mendadak, akibatnya persiapan jadi kalang kabut. Termasuk penyiapan peneriamaan tamu di kediaman Gubernur Grahadi yang belum siap. Dengan cerdiknya Moch Said mendekati Bung Karno untuk diajak siasat untuk tidak segera memasuki Gedung Grahadi yang belum siap. Disepakati para robongan diajak nonton film di gedung Maxim, namun persoalannya adalah "kutu busuk", yang merajalela disudut-sudut bangku gedung film itu. Pak Said kembali beraksi untuk memborong koran yang ada di Surabaya untuik dikadikan cover kursi, agar para penonton tidak disergap kutu busuk,.....demikian sebagian yang diceritakan Dahlan Iskan.
Tulisan di buku ini antara lain.
- Ngemong, Nganti dan Momong (Wahono)
- Sesekali Ia NAmpak Sebagai Biksu (Agil Ali)
- Pak Said Sang ResI (Ahadin Mintaroem)
- Sangat Menaruh Perhatian Pada Generasi Muda (Akbar Tanjung)
- Pak Said Dalam Kilas Balik Perjalanan Saya (Anton Priyatno)
- Tak Suka Memberi Petuah (Bahrawi Wongsokusumo)
- Pak Said, Dirangkul dan Merangkul ( Bagong Kusudiardja)
- Tidak Suka Menjilat dan Tak Mau Dijilat (Dahlan Iskan)
- "Bagus"(Bapak, Guru, Sahabat) (Hasan Fath)
- Sulit Memberi Saran "Tidak" (Hartono)
- Kunci dipegang (Indra Prajitno)
- Kepemimpinannya "Garis Keras" (Ismu Handoko)
- Daya Ingatnya Kuat (Marsetyo DonoSeputro)
- Sangat Membutuhkan Peran Ulama (Misbach)
- Sangat Berdidikasi dan Cinta Pada Tugas (Moch Noer)
- Said Berwajah Ganda (Pitut Soeharto)
- Saudara Moch Said yang Saya Kenal (Roeslan Abdulgani)
- Mampu Bertahan Di Antara Batu-Batu Karang (Saleh Aldjufri)
- Autodidak Yang Berhasil (Sam Soeharto)
- Tentang Makan Banyak Orang Tertipu (Soekisno)
- Moch Said Dalam Perspektif Bangsa Pejuang (soelarso)
- Pola Kepempimpinan Jawa (Sonny Baksono)
- Pekerja Keras Yang Mat Teliti (Soerjono)
- Sangkar Burung Menjadi Wilwatikta (Soetojo)
- Gajah Mada Jawa Timur Kontemporer (Tjuk K. Sukiadi)
- Said Progo, The King Maker (Toety Azis)
- Lobies Ulung (Trimaryono)
- One Man Management (Tubagus Mochtar Atmadja)
- SOS (wiwek Hidayat
KOMENTAR SINGKAT:
- Ny. Hernani Harustiati
- Latief Pudjosakti
- Ny.H. Mamooh Suryaningprang
- H.M. Ridwan Hyasam
- Sihabuddin
-
DATA BUKU:
JUDUL: Sosok Moch Said, Di Tenhag Pergulatan Politik Jatim
TIM PENYUSUN : Ali Salim, Bambang Hariawan, Priono Soebardan
PENERBIT : Ma MEDia 1993
HALAMAN : xiii +m 217 : 21 Cm